Powered By Blogger

Senin, 15 April 2013

Badai Pasti Berlalu



Badai Pasti Berlalu
                “Bis, thanks yah dah care sama gue. Loe emang cowok paling pengertian yang pernah gue kenal.” Ucap Wian saat Bisma member surprise candlelight dinner dihari ultah Wian yang ke-17 tahun.
                “ Apa sih yang nggak buat kamu? Kalau bukan gue yang care sama loe, terus siapa lagi saying?” Kata Bisma sambil memainkan sendok di piringnya.
                Malam itu, Wian dan Bisma menghabiskan waktu bersama. Pasangan kekasih yang sedang dimabuk asmara itu memadu kasih diantara bunga-bunga di taman. Bisma memang cowok romantic yang bias membuat Wian merasa nyaman di sampingnya. “ Semoga  kita selalu bersama ya Bis,  gue saying sama loe. Tulus dari dalam hati gue.” Doa Wian dalam hatinya.
                Tiba-tiba, HP Bisma bunyi. Ada orang yang menelepon. Cepat –cepat Bisma mengambil HP dan agak menjauh dari Wian.
                “Bentar yah say, mama telfon.” Samar-samar Wian bias mendengar apa yang dikatakan Bisma di telepon.
                “Iya hallo, ohh udah mau pulang ya? Apa? Minta jemput? Dimana? Iya dech, tapi entar agak lama ya, mungkin 15 menit baru sampai. Ok, bye.” Klik,…. HP Bisma langsung dimasukin ke kantong.
                “ Say, mama minta jemput. Gue anterin loe pulang dulu yah?”
                “ Gue ikut loe jemput mama aja, boleh nggak?”
                “ Sorry say, kayaknya nggak bias dech. Emosi mama lagi labil.”
                “ Oh, ya udah dech kalau gitu.”
                Bisma pun mengantar wian sampai ke rumah. Di dalam mobil, Bisma tak henti-hentinya cerita tentang dirinya dan keluarganya. Dan seperti biasa,  Wian jadi pendengar setianya. Sesekali menanggapi pertanyaan Bisma yang kadang agak aneh dan tidak logis untuk dijawab.
                “Eeiiittttssssssss,,………. Bis,. Stop!! Udah samapai.!!”
                Bismapun mendadak mengerem dan hamper saja Wian terlempar ke depan. “Sorry, gue lupa. Loe nggak apa-apa kan?”
                “ Iya gue nggak apa-apa. Lain kali hati-hati yah. Bye!”
                “Ok dech, bye.” Bisma pun melajukan mobilnya untuk menjemput sang mama.
@_@
                Malam itu Wian tak bias tidur. Entah kenapa perasaannya benar-benar tak enak. Diapun keluar ke balkon dan seperti biasa, menatap bintang untuk menenangkan hatinya. Tapi sekarang hamper satu jam , hatinya tetap saja gelisah. Lalu Wian memutukan untuk kr coffeeShop langganannya.
                “Mas, seperti biasa yah, di meja yang itu.” Kata Wian sambil menunjuk meja yang paling dekat dengan jendela. Tempat favorit Wian menghilangkan gelisah di hatinya. Benar saja. Baru sebentar Wian sudah hamper melupakan kegelisahannya. Matanya menyapu seluruh sudut coffeeshop ini.
                Malam ini tidak terlalu ramai pengunjung. Hanya lima meja yang diisi pengunjung. Semuanya pasangan laki-laki dan perempuan. Mungkin mereka pasangan kekasih, seperti dia dan Bisma. “Ah Bis, gue kangen sama loe. Andai aja loe disini, pasti gue nggak bakal kesepian gini.” Ratap Wian dalam hati.
                Pandangan Wian berhenti di meja nomor 4 di samping mejanya. Dia melihat Samantha Smith, teman sekelasnya., sedang menikmati cappuccino  bersama seorang cowok. Dia tidak menyadari keberadaan wian. Wian terus mengamati mereka. Dia ingin tahu siapa cowok itu. Dari gayanya sih sepertinya wian kenal. Tapi siapa”
                Karena tak tahan dengan rasa penasarannya, Wian pun menghampiri Samantha. “Hai Samantha!” teriak Wian sebelum sampai di meja mereka.
                “ Eh Wian, kebetulan loe disini. Gue mau kenalin pacar baru gue. Sini dech.” Ajak Samantha dengan nada centilnya. “ Ima kenalin, ini Wian, temen sekelas gue. Wian, dia Bisma, pacar baru gue.”
                “elo?” Wian dan Bisma hamper bersamaan.
                “ Jadi dia mama loe? Masih muda juga yah!” Wian berkata sambil menahan amarahnya.
                “ gue…. Gue bisa jelasin!”
                “jadi kalian berdua udah saling kenal ya?” ucap Samantha.
                “ gue bukan Cuma kenal dia sam.” Wian masih berusaha menahan air matanya. “Bis, kalau loe udah bosen dan nggak suka lagi sama gue, loe tinggal bilang aja sama gue. Nggak gini caranya! Selamat yah, loe udah berhasil hancurin hati gue!”
                “Wian, sorry, gue nggak tega sama loe.sekarang hati gue udah pindah buat Samantha., gue minta maaf. Gue nggak berani jujur sama loe. Sekarang gue cinta sama Samantha. Loe itu gadis yang baik wian. Gue yakin loe bisa dapetin yang lebih baik dari gue.”
                ‘ok, sekarang kita putus. Selamat ntuk kalian berdua! Gue emang bisa dapetin yang jauh lebih baik dari elo bis, tapi gue ragu apa ge bisa sayang sama dia seperti sayang gue buat loe!”
                Wianpun segera keluar dari coffeeshop sebelum air mata meleleh ke pipinya.  Dia berlari pulang dan langsung mengunci pintu kamar. Wian menangis sejadi jadinya. Dia sudah terlanjur sayang sama Bisma, tapi ternyata Bisma lebih pilih Samantha daripada dirinya.
                Selama hampir satu minggu , Wian masih menyimpan rasa sakit hati itu. Pagi ini, Wian iseng-iseng berkunjung ke perpustakaan sekolah. Dia tertarik dengan buku yang berjudul “Putus Satu Tumbuh Seribu”. Dia meminjamnya dan membacanya di rumah.
                Dalam buku itu dijelaskan, bahwa cinta tak harus memiliki. Cinta butuh pengorbanan. Meskipun harus melepaskan orang yang kita cintai,kita harus rela. Karena mungkin dia akan bahagia tanpa kita. Buku ini benar-benar bermanfaat untuk Wian. Apalagi saat Wian patah hati seperti sekarang. Buku ini menumbuhkan semangat baru bagi Wian.
@_@
                Sore itu, Wian jalan-jalan di taman seorang diri, karena dia berjalan sambil melamun, sampai akhirnya . . . . . . . . .  Dukkk!!
                “aawwww!!” Teriak Wian.
                “Sorry, gue nggak sengaja.” Diapun membantu Wian untuk berdiri. “ Wian, sorry.”
                 “Bisma? Iya nggak apa-apa kok.Eh, hai Samantha. Lagi jalan-jalan sama bisma ya?”
                “Iya, gue lagi jalan-jalan sama bisma.” Samantha terlihat gugup saat bertatapan dengan Wian. Wian dapat membaca matanya.
                Samantha, loe jangan merasa bersalah gitu lahh. Gue udah ikhlasin bisma sama loe kok. Ya kan Bis.?”
                “Eh, iya…. Loe serius Wian?” ucap Bisma gelagapan gak percaya.
                “Dua rius malah. Hahaha….. ya udah gue duluan ya Bis, sam. Gue mau pulang. Semoga kalian bahagia.”
                “ Thanks Wian!” Ucap mereka bersamaan.
Hati Wian sudah lega setelah pertemuan mereka. Dia sudah bisa melupakan sakit hatinya dan merelakan Bisma meraih kebahagiaannya. Meskipun tanpa Wian. Malamnya, Wianpun bisa tidur nyenyak dan bermimpi yang indah. Setiap masalah tak akan selesai jika dihadapi dengan perasaan. Setiap masalah pasti ada jalan keluar. Badai pasti juga akan berlalu. Wian telah siap menjemput kebahagiaannya, dan menyambut hari esok yang cerah bersama sang surya.