"Lakukan apapun yang kamu inginkan, seakan esok kamu nggak akan pernah lagi melihat cahaya mentari."
Masih ingatkah kamu dengan kalimat ini? Kalimat yang diucapkan sahabatmu sehari sebelum dia menghembuskan napas terakhirnya di hadapanmu, dalam pelukanmu. Masih ingatkah?
Kamu berniat melakukan sesuai dengan kalimat sahabatmu. Hari ini, kamu memutuskan untuk melawan rasa takutmu. Melakukan apapun yang belum pernah kamu lakukan, tapi kamu menginginkannya. Hari ini, kamu harus melakukannya.
Kau takut dengan kegelapan. Kau tahu itu. Kau selalu memikirkan sesuatu yang jahat berkeliaran dalam gelap. Sesuatu yang mengincarmu dan menginginkan kematianmu. Malam ini, kau akan melawannya.
Kau menunggu orang tuamu terlelap. Setelah hanya kamu yang terjaga, kau segera mematikan seluruh lampu di dalam rumahmu. Dimulai dari kamar orang tuamu, ruang tamu, ruang tengah, dapur, ruang makan, hingga semuanya gelap gulita.
Kau kembali ke kamarmu dengan pintu terbuka. Menghadap ruangan gelap yang telah kamu ciptakan. Hanya kamarmu yang terang benderang. Dengan ragu-ragu, kamu mendekati sakelar lampu.
Klik!
Gelap! Kini hanya ada hitam di matamu. Kamu meringkuk di ujung ranjang, memeluk gulingmu dengan erat, bersembunyi di dalam selimut. Badanmu gemetar menahan rasa takut.
Sreek... Sreek...
Terdengar suara langkah kaki mendekati kamarmu. Kamu mengintipnya dari balik selimut. Tanganmu memegang gunting yang telah kamu siapkan sebelumnya. Kamu bersiap melawan apapun yang bersembunyi dalam kegelapan.
Sleb!
Seberkas cahaya berkelebat cepat di depan matamu. Kamu berusaha melawan rasa takutmu. Berlari mengejar cahaya itu. Berlari dan terus berlari hingga kau mendapatkannya, kau menangkap sesuatu itu.
Crash... Slebb...
Gunting itu kamu tusukkan ke tubuh sosok itu. Dia ambruk tanpa suara. Seketika lampu menyala. Kau mendapati ibumu terbaring tidak bernyawa. Bersimbah darah. Ayahmu segera memeluknya tanpa menghiraukanmu.
Dan kini kamu tersadar, kamulah yang bersembunyi dalam kegelapan.